Umrah Berkali-kali: Ibadah atau Berlebihan?
Umrah adalah salah satu ibadah mulia dalam Islam yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Banyak umat Muslim yang telah diberi kemudahan oleh Allah SWT berupa rezeki, kesehatan, dan waktu luang, sehingga mereka bisa menunaikan umrah tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Namun, muncul pertanyaan yang kerap menjadi bahan diskusi: Apakah umrah berulang kali entah itu dalam satu perjalanan atau tidak itu lebih utama, ataukah sebaiknya membantu orang lain yang belum pernah ke Tanah Suci? Artikel ini akan mengulas keutamaan umrah berulang kali, perspektif para ulama, serta bagaimana menyeimbangkan keinginan pribadi dengan nilai sosial dan maslahat umat.
Bolehkah Umrah Berulang dalam Satu Perjalanan?
Secara hukum, umrah berulang dalam satu perjalanan diperbolehkan menurut mayoritas ulama, selama dilakukan sesuai syarat dan rukun yang sah. Bahkan, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa istri Rasulullah ﷺ, Aisyah RA, pernah melakukan umrah dua kali dalam satu perjalanan. Setelah menyelesaikan satu umrah, ia keluar ke Tan’im (sekitar 5 km dari Masjidil Haram) untuk miqat dan kembali melakukan umrah kedua, yang kemudian disetujui oleh Rasulullah ﷺ.
Namun, perlu dicermati bahwa tidak semua ulama menganjurkan praktik ini secara terus-menerus. Ulama dari mazhab Syafi’i dan Hanbali memperbolehkan umrah berulang, sedangkan sebagian ulama Hanafiyah dan Malikiyah menyarankan agar tidak berlebihan. Mereka khawatir ibadah menjadi rutinitas yang kehilangan makna spiritualnya.
Selain itu, umrah berulang juga dapat menimbulkan potensi kemacetan dan kepadatan jamaah, terutama saat musim ramai. Hal ini dapat mengganggu kelancaran ibadah jamaah lain dan membuat pengelolaan masjid menjadi lebih berat bagi petugas di Tanah Suci.
Oleh karena itu, meskipun diperbolehkan, sebaiknya dilakukan dengan niat yang ikhlas, mempertimbangkan maslahat, dan tidak semata-mata karena ingin “mengumpulkan” pahala sebanyak-banyaknya tanpa pemaknaan yang mendalam.
Umrah Berulang vs. Membantu Orang yang Belum Pernah Umrah
Di tengah euforia berumrah berkali-kali, muncul pertimbangan moral dan sosial: lebih utama umrah lagi, atau membantu orang lain yang belum pernah berangkat? Dalam banyak kasus, membantu sesama agar bisa ke Tanah Suci bisa memiliki nilai lebih besar secara sosial dan spiritual.
Misalnya, jika seseorang mampu membiayai satu umrah lagi, tetapi ia juga mampu menanggung biaya umrah bagi saudara atau tetangga yang tidak mampu, maka sebagian ulama menyatakan bahwa membantu orang lain bisa lebih utama. Hal ini didasarkan pada prinsip ta’awun (saling tolong-menolong dalam kebaikan) yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Amal jariyah seperti membiayai umrah orang tua, guru, atau kaum dhuafa yang shalih bisa menjadi ladang pahala yang terus mengalir, apalagi jika mereka berdoa di depan Ka’bah untuk sang pemberi bantuan. Ini adalah bentuk ibadah kolektif yang memiliki dimensi ukhrawi dan kemanusiaan sekaligus.
Namun, bukan berarti umrah berulang tidak bernilai. Jika dilakukan dengan niat yang benar, umrah tetap menjadi ibadah yang agung. Tetapi menimbang antara pahala individual dan manfaat sosial adalah tanda kedewasaan spiritual.
Pandangan Ulama tentang Prioritas
Pandangan ulama terkait keutamaan umrah berulang cukup beragam. Sebagian menyatakan bahwa ibadah yang bersifat sosial dan berdampak luas bisa lebih utama dari ibadah yang bersifat individual namun diulang-ulang. Imam Ibnul Qayyim dalam Zaad al-Ma’ad menekankan bahwa amal yang paling utama adalah yang paling bermanfaat bagi umat.
Ulama seperti Syaikh Ibn Baz dan Syaikh Utsaimin juga mengakui bahwa umrah berulang memang dibolehkan, namun apabila seseorang telah sering umrah dan memiliki kemampuan membantu yang lain, maka membantu bisa menjadi lebih utama secara syar’i dan akhlaqi.
Dalam konteks ini, fiqh prioritas atau fiqh al-awlawiyat menjadi acuan penting. Islam tidak hanya mengatur apa yang boleh dan tidak boleh, tetapi juga mengajarkan umatnya untuk memahami mana yang lebih baik dilakukan dalam kondisi tertentu.
Artinya, seseorang boleh saja melaksanakan umrah untuk kedua atau ketiga kalinya, namun jangan sampai melupakan potensi amal lain yang lebih besar nilainya di sisi Allah jika dilakukan di waktu dan konteks yang tepat.
Menjaga Kualitas Umrah, Bukan Kuantitas
Dalam Islam, nilai suatu ibadah tidak diukur hanya dari jumlahnya, tapi dari kualitasnya. Sering kali, satu umrah yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan, niat yang murni, dan pemahaman spiritual yang dalam jauh lebih bermakna daripada lima umrah yang dilakukan secara tergesa dan rutinitas belaka.
Penting bagi jamaah untuk tidak terjebak pada semangat “mengoleksi pahala” semata. Islam mengajarkan bahwa niat, khusyuk, dan keikhlasan adalah penentu diterima atau tidaknya ibadah. Maka umrah yang berkualitas adalah yang menghadirkan perubahan diri, menyucikan jiwa, dan menguatkan hubungan dengan Allah.
Beberapa tanda umrah yang berkualitas antara lain: meningkatnya kebaikan pasca pulang ke tanah air, lebih sabar, lebih rajin beribadah, serta memperbaiki akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa itu semua, umrah hanya menjadi aktivitas fisik tanpa efek ruhani.
Jadi, daripada mengejar banyaknya jumlah umrah, lebih baik fokus pada memperbaiki niat, memperdalam pemahaman ibadah, dan menjaga agar setiap langkah kita di Tanah Haram benar-benar menjadi ibadah yang diterima.
Menyebarkan Manfaat Umrah Lewat Amal Sosial
Umrah bisa menjadi pintu keberkahan bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Salah satu cara menyebarkan manfaat umrah adalah dengan menjadikannya sarana berbagi dan menginspirasi amal sosial. Misalnya, setelah umrah, seseorang bisa mengadakan kajian tentang pengalaman spiritual, membuka program beasiswa umrah untuk yatim/piatu, atau membantu dakwah di lingkungan sekitarnya.
Banyak juga jamaah yang membuat program “umrah berkah” yaitu berangkat dengan membawa misi sosial: membawakan titipan doa dari orang-orang yang tidak mampu, menyumbangkan Al-Qur’an di masjid, atau berdonasi kepada sesama jamaah yang kekurangan. Ibadah menjadi lebih bernilai jika diiringi kepedulian.
Bentuk lainnya adalah dengan menyumbangkan sebagian dana yang semula dialokasikan untuk umrah kedua ke lembaga sosial, pesantren, atau pembangunan masjid. Pahala membantu ribuan orang beribadah juga bisa menyamai atau bahkan melebihi pahala umrah individu.
Dengan cara ini, semangat berumrah tidak hanya menjadi perjalanan pribadi, tetapi juga gerakan sosial yang memperkuat ukhuwah dan meningkatkan kualitas hidup umat Islam secara kolektif.
Penutup: Umrah adalah ibadah yang agung dan bernilai tinggi, baik dilakukan sekali maupun berulang kali. Namun, dalam setiap langkah ibadah, penting untuk menyeimbangkan antara semangat beribadah secara individu dan tanggung jawab sosial kepada sesama. Umrah berulang memang boleh, tapi akan lebih mulia jika dibarengi dengan niat membantu, berbagi, dan memberi jalan bagi orang lain untuk merasakan keberkahan Tanah Suci. Karena sejatinya, ibadah yang paling utama adalah yang paling bermanfaat, paling ikhlas, dan paling berdampak luas bagi umat.
Kunjungi :
Layanan kami