Belajar Sabar dari Nabi Ismail: Tunduk Tanpa Tapi, Taat Tanpa Ragu

Dalam hidup ini, sering kali kita diuji dengan hal-hal yang berat, kehilangan, pengorbanan, bahkan pilihan-pilihan yang mengguncang hati. Tapi bagaimana jika ujian itu datang dari perintah langsung dari Allah, dan melibatkan nyawa kita sendiri? Di sinilah kita bisa menundukkan hati dan belajar dari kisah Nabi Ismail AS, sosok muda yang sabarnya melebihi logika manusia biasa.

Kisah dan Nilai Kesabaran Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS adalah putra dari Nabi Ibrahim AS. Ketika usianya telah mencapai masa remaja, datanglah perintah Allah yang luar biasa berat, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya sendiri.

Allah berfirman:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'”
(QS. As-Saffat: 102)

Luar biasa. Nabi Ismail tidak hanya menerima perintah itu, tetapi juga menenangkan ayahnya dan meyakinkan bahwa ia siap untuk tunduk pada kehendak Allah.

Pelajaran Kesabaran dari Nabi Ismail

1. Sabar dalam Menghadapi Ujian Tak Terduga
Nabi Ismail tidak melawan, tidak protes, bahkan tidak menangis. Ia tahu, jika itu perintah Allah, maka pasti ada hikmah yang lebih besar.

2. Tunduk pada Takdir dengan Lapang Dada
Di usia muda, ia menunjukkan bahwa ketaatan bukan soal umur, tapi soal iman.

3. Sabar dalam Keikhlasan dan Kepercayaan kepada Allah
Nabi Ismail percaya sepenuhnya bahwa Allah tidak akan menzalimi hamba-Nya, dan apa pun yang terjadi adalah kebaikan.

Tebusan dari Allah: Awal Ibadah Qurban

Setelah keduanya ikhlas melaksanakan perintah Allah, Allah menggantikan Ismail dengan hewan sembelihan:

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
(QS. As-Saffat: 107)

Inilah asal-usul dari ibadah qurban, sebagai bentuk mengenang ketaatan dan kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail AS.

Dari Nabi Ismail AS, kita belajar bahwa kesabaran bukan hanya diam menahan beban, tapi juga tunduk penuh keikhlasan terhadap kehendak Allah, walau itu menguji hal paling kita cintai. Terkadang, sabar berarti melepaskan ego dan menggenggam iman seerat mungkin.

Jadikan kisah ini sebagai pengingat: bahwa setiap ujian yang datang, jika dihadapi dengan sabar, akan diganti Allah dengan kebaikan yang lebih besar.

Baca juga:
Layanan kami