Cara Raih Kesunahan Meski Tak Bisa Cium Hajar Aswad

Bagi setiap Muslim yang melaksanakan ibadah haji atau umrah, menyentuh Hajar Aswad dan Rukun Yamani adalah salah satu momen spiritual yang sangat dinantikan. Tindakan ini bukan sekadar tradisi, melainkan sebuah amalan yang berstatus sunnah, sebagaimana dicontohkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, di tengah lautan manusia yang berthawaf, bagaimana cara mengamalkan sunnah ini dengan benar tanpa menimbulkan mudarat?

Dasar Amalan: Teladan Langsung dari Rasulullah SAW

Keutamaan menyentuh kedua sudut Ka’bah ini didasarkan pada hadits yang kuat. Dalam sebuah riwayat yang disepakati oleh Imam al-Bukhari dan Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah SAW memberikan perhatian khusus pada Hajar Aswad dan Rukun Yamani saat berthawaf.

Disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah menyentuh (bagian Ka’bah) ketika tawaf kecuali Hajar Aswad dan juga Rukun Yamani. Ini menunjukkan bahwa fokus utama saat berinteraksi dengan dinding Ka’bah saat thawaf adalah pada dua titik mulia tersebut.

Mengikuti Sunnah: Kisah Abdullah bin Umar RA

Kecintaan para sahabat dalam meneladani setiap perbuatan Nabi SAW tergambar jelas dalam praktik Sayyidina Abdullah bin Umar RA. Beliau dikenal sangat teguh dalam mengikuti sunnah, termasuk dalam hal ini. Sebagaimana dikutip dari hadits riwayat Muslim, beliau berkata:

مَا تَرَكْتُ اسْتِلَامَ هَذَيْنِ الرُّكْنَيْنِ الْيَمَانِيِّ، وَالْحَجَرِ، مُذْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَلِمُهُمَا، فِي شِدَّةٍ وَلَا رَخَاءٍ

Artinya: Aku tidak pernah meninggalkan meraba kedua sudut ini, yaitu sudut Yamani dan sudut Hajar Aswad, sejak aku melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengusapnya, baik dalam keadaan sempit (kesulitan) maupun dalam keadaan lapang (longgar). (Diriwayatkan oleh Muslim)

Pernyataan ini menegaskan bahwa semangat untuk menjalankan sunnah ini harus diupayakan dalam berbagai kondisi, selama hal itu memungkinkan.

Keringanan dalam Syariat: Solusi Saat Tidak Memungkinkan

Lalu, bagaimana jika kondisi sangat padat dan tidak memungkinkan untuk mendekat dan menyentuh secara langsung? Islam sebagai agama yang penuh kemudahan telah memberikan solusi yang juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

  1. Menggunakan Bantuan Benda: Jika tidak bisa menyentuh dengan tangan, seorang jamaah boleh menyentuh Hajar Aswad atau Rukun Yamani menggunakan tongkat atau benda lain yang dipegangnya, kemudian mencium benda tersebut.
  2. Isyarat dari Jauh: Apabila cara pertama juga tidak memungkinkan, maka cukuplah dengan memberi isyarat. Caranya adalah dengan melambaikan tangan ke arah Hajar Aswad dari kejauhan, lalu mengucapkan takbir (“Allahu Akbar”).

Praktik ini bukanlah inovasi baru, melainkan memiliki dasar yang kuat. Rasulullah SAW sendiri pernah melakukannya ketika beliau melaksanakan thawaf di atas untanya. Dari atas unta, beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah Hajar Aswad lalu bertakbir. Keringanan ini juga dijelaskan oleh ulama besar seperti Imam Zakaria al-Ansori dalam kitabnya, Asnal Mathalib.

Utamakan Kemudahan dan Keselamatan

Pelajaran terpenting dari tuntunan ini adalah bahwa Islam merupakan agama yang mudah. Mengejar sebuah amalan sunnah, seperti mencium Hajar Aswad, adalah hal yang sangat mulia. Akan tetapi, kemuliaan tersebut tidak boleh dicapai dengan cara mencederai hak atau bahkan membahayakan keselamatan orang lain.

Memaksakan diri untuk menerobos kerumunan hingga menyakiti jamaah lain bertentangan dengan prinsip utama ajaran Islam untuk menjaga sesama. Dengan memahami adanya keringanan (rukhsah), kita dapat tetap meraih pahala sunnah tanpa mengorbankan hak dan keselamatan saudara kita sesama Muslim. Cukup dengan mengangkat tangan dan bertakbir, insya Allah, kita telah mengikuti teladan Rasulullah SAW. Sumber

Kunjungi :
Layanan kami

Kategori: Umroh