Dzulhijjah: Bulan Panggilan Langit untuk Tamu Allah
Setiap tahun, jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia memenuhi satu panggilan mulia yang tak tertandingi nilainya: panggilan haji ke Baitullah di Makkah. Ibadah haji adalah rukun Islam kelima yang bukan hanya sarat makna spiritual, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan kesetaraan umat.
Namun, ada satu pertanyaan yang sering muncul:
Mengapa haji hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah? Mengapa tidak di bulan lainnya?
Untuk menjawabnya, mari telusuri penjelasan berdasarkan Al-Qur’an, hadis, dan pendapat para ulama.
Mengapa Haji Hanya di Bulan Dzulhijjah?
1. Waktu Haji Telah Ditetapkan oleh Allah
Ibadah haji tidak bisa dilakukan sembarangan waktu. Allah SWT telah menentukan waktu khusus untuk pelaksanaannya:
“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang telah dimaklumi…”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Mayoritas ulama tafsir, seperti Imam Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “bulan-bulan yang dimaklumi” adalah Syawwal, Dzulqa’dah, dan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Namun, puncak ibadah haji seperti wukuf di Arafah hanya dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
2. Hadis Nabi: “Haji adalah Arafah”
Rasulullah SAW bersabda:
“Al-Hajju ‘Arafah (Haji itu adalah wukuf di Arafah).”
(HR. Tirmidzi no. 889, Abu Dawud, dan An-Nasa’i – hadis sahih)
Wukuf di Arafah adalah rukun terpenting dalam haji dan hanya bisa dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Jika seseorang tidak hadir di Arafah pada hari itu, maka hajinya tidak sah. Hal inilah yang menjadi batasan waktu pelaksanaan haji.
3. Penjelasan Ulama tentang Waktu Haji
Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menyatakan:
“Waktu pelaksanaan haji adalah tauqifiy, artinya mengikuti ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya, tidak bisa ditentukan oleh akal atau kesepakatan manusia.”
Ibn Qudamah dalam Al-Mughni juga menjelaskan bahwa manasik yang dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan tidak dianggap sebagai bagian dari haji.
Mengapa Dzulhijjah Dipilih sebagai Bulan Haji?
1. Bulan yang Paling Utama
Dzulhijjah termasuk bulan yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada hari-hari di mana amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.”
(HR. Bukhari no. 969)
Sepuluh hari pertama bulan ini memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh hari-hari lainnya sepanjang tahun.
2. Berbarengan dengan Idul Adha
Puncak pelaksanaan haji bertepatan dengan hari raya Idul Adha, yaitu pada 10 Dzulhijjah. Di hari tersebut dilakukan penyembelihan hewan kurban dan tahallul. Semua rangkaian ibadah ini menyatu dalam satu waktu yang sarat makna spiritual.
3. Menyatukan Umat Islam dalam Waktu dan Tempat
Penetapan waktu haji di bulan Dzulhijjah memungkinkan umat Islam dari seluruh dunia berkumpul pada saat yang sama. Hal ini memperkuat ukhuwah Islamiyah, menciptakan suasana persatuan dan kesetaraan, tanpa memandang ras, bangsa, atau status sosial.
Haji hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah karena waktu pelaksanaannya telah ditetapkan secara mutlak oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Ini adalah bagian dari syariat yang bersifat tauqifiy, yang wajib ditaati tanpa perubahan.
Dengan memahami hal ini, akan semakin terasa betapa istimewanya bulan Dzulhijjah. Ia bukan sekadar penanggalan dalam kalender Hijriyah, tetapi merupakan bulan panggilan langit untuk mereka yang menjadi tamu Allah.
Bagi yang belum berangkat, semoga kerinduan itu tetap hidup. Dan bagi yang telah menunaikan, semoga menjadi haji mabrur yang tak ternilai di sisi-Nya.
Baca juga:
Layanan kami
Pendaftaran Seleksi Mahasiswa ke Al-Azhar 2025
Seleksi Beasiswa Kerajaan Maroko untuk Lulusan 2024 dan 2025