Makna Ihram dalam Manasik Haji
Ihram bukan semata-mata mengenakan dua lembar kain putih atau mengganti pakaian sehari-hari. Ihram adalah niat untuk memasuki ibadah haji atau umrah, disertai dengan komitmen meninggalkan larangan-larangan tertentu sebagai bentuk penghambaan dan ketundukan kepada Allah.
“Ihram adalah masuknya seseorang dalam batasan-batasan suci yang telah Allah tetapkan bagi siapa saja yang berniat haji atau umrah. Maka niat adalah inti ihram, dan talbiyah adalah pengakuan lisan atas panggilan Allah.”
Perbedaan Ihram Laki-laki dan Perempuan
Syekh Ali Jum’ah menjelaskan, syariat membedakan teknis ihram antara laki-laki dan perempuan:
Laki-Laki:
-
Melepaskan pakaian berjahit dan mengenakan izar dan rida.
-
Tidak boleh menutup kepala.
-
Tidak menutup tumit, maka mengenakan sandal terbuka dibolehkan.
-
Dilarang memakai sarung tangan.
-
Dilarang menggunakan wewangian.
Jika seseorang melanggar salah satu dari larangan ini, maka wajib membayar dam (denda syar’i).
“Larangan ihram tidak bersifat simbolik semata, namun ia adalah latihan ruhani menahan diri dari kebiasaan duniawi agar jiwa tunduk total kepada Allah.”
Perempuan:
-
Tidak perlu mengganti pakaian dengan bentuk khusus.
-
Tidak menutup wajah dan kedua telapak tangan.
-
Masih boleh memakai pakaian biasa asalkan menutup aurat dan tidak mengandung unsur wewangian.
“Ihram perempuan adalah dalam sikap dan adab. Bukan kain yang menjadi syarat, tapi kesucian niat dan ketundukan.”
Talbiyah: Awal Masuknya Ihram
Syekh Ali Jum’ah menyebutkan bahwa talbiyah adalah bentuk deklarasi cinta dan ketaatan kepada Allah, disunnahkan diucapkan dengan suara :
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syarika lak.”
“Inilah kalimat penuh cinta yang menggugah hati setiap hamba yang datang menuju tanah suci.”
Thawaf: Rukun Kedua
Syekh Ali Jum’ah juga menekankan bahwa thawaf di Ka’bah adalah rukun yang tidak bisa digantikan.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Ambillah dariku manasik kalian.” (HR. Muslim)
Oleh karena itu, thawaf harus dilakukan sebagaimana Rasulullah ﷺ melakukannya: Ka’bah berada di sebelah kiri dan dilakukan sebanyak tujuh putaran.
Jika seseorang thawaf dengan Ka’bah di sebelah kanan, maka thawafnya tidak sah.
“Agama ini dibangun atas ittiba’ (mengikuti Rasulullah ﷺ), bukan semata niat baik. Maka bentuk pun menjadi bagian dari ibadah, bukan sekadar isi.”
Syekh Ali Jum’ah mengingatkan bahwa haji bukan hanya perjalanan fisik, namun perjalanan spiritual yang membutuhkan adab, ilmu, dan ketundukan. Mulai dari ihram, talbiyah, hingga thawaf—semuanya adalah bentuk latihan hati untuk selalu kembali kepada Allah.
“Setiap langkah di Tanah Suci adalah dialog batin dengan Tuhan. Maka jangan hanya bawa koper, bawalah hati yang ingin berubah.”
0 Komentar